Monday, May 21, 2012

Harga pertamax sesuai kondisi riil di pasaran


petamax,manfaat pertamax,bahan bakar pertamax,pertamax gan,pertamax campur premium,pertamax kaskus,harga pertamax,pertamax plus,undian pertamax
Manajemen PT Pertamina (Persero) menyatakan, lebih rendahnya harga bahan bakar minyak nonsubsidi merek lain dibanding pertamax merupakan strategi pesaing. Perseroan itu mengklaim menetapkan harga pertamax sesuai kondisi riil di pasaran.

Direktur Niaga dan Pemasaran PT Pertamina Djaelani Sutomo menyampaikan hal itu seusai menghadiri pembukaan Pameran dan Konvensi Industri Minyak dan Gas Bumi yang diprakarsai Asosiasi Perminyakan Indonesia, Rabu (18/5) di Jakarta.

Sebelumnya, PT Pertamina menaikkan harga pertamax akhir pekan lalu dari Rp 9.050 per liter menjadi Rp 9.250 per liter. Sementara beberapa produk bahan bakar minyak (BBM) merek lain bertahan pada harga Rp 9.050 per liter (Kompas, 18/5). Sebelumnya, PT Pertamina selalu menaikkan harga pertamax lebih dulu dibanding produk BBM nonsubsidi sejenis yang dijual di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) asing.

Menurut Djaelani, lebih rendahnya harga produk BBM merek lain dibandingkan pertamax merupakan strategi pihak SPBU asing sebagai pesaing pasar. ”Itu kan strategi mereka. Sebetulnya harganya sama. Apakah mau dinaikkan atau tidak, apa strateginya rugi, kan kita tidak tahu. Kami ini riil harganya, tidak ada satu hal yang ditutupi,” katanya.

Djaelani juga mengklaim telah mengelola bisnis hilir PT Pertamina secara efisien, terutama dalam memproduksi dan memasarkan pertamax dan produk BBM nonsubsidi lain. ”Pertamax diproduksi sendiri di kilang Pertamina, tidak ada yang melalui pedagang,” ujar Djaelani.

Produksi Kilang Balongan

Pertamax selama ini diproduksi Kilang Balongan. Pasokan minyak mentah untuk kilang itu berasal dari minyak hasil produksi dalam negeri. Selain itu, Kilang Balongan menghasilkan high octan mogas component (HOMC), zat penambah oktan, yang kemudian dikirim ke kilang-kilang lain.

Djaelani mengakui, kenaikan harga pertamax menurunkan volume penjualan BBM nonsubsidi itu, tetapi tidak drastis. Meskipun demikian, perseroan itu optimistis bahwa pertamax tetap akan bisa bertahan di pasaran karena memiliki konsumen yang mencintai produk dalam negeri.

Sejak harga pertamax terus naik, terjadi perpindahan konsumsi pertamax ke premium sehingga rata-rata terjadi kenaikan konsumsi premium yang merupakan BBM bersubsidi pada kisaran 2 persen-3 persen untuk setiap daerah. Untuk itu, perseroan tersebut berupaya menahan kenaikan konsumsi premium melalui pengetatan pengawasan distribusi. Namun, Pertamina tidak mungkin menyetop pengiriman premium jika konsumsi premium di suatu daerah melebihi kuota lantaran hal itu bisa memicu kerusuhan. Untuk itu Pertamina mengontrol distribusi BBM bersubsidi di pasaran.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Evita H Legowo mengakui, saat ini perbedaan harga pertamax dengan BBM bersubsidi makin tinggi. Dengan harga pertamax Rp 9.250 per liter dan harga premium Rp 4.500 per liter, harga pertamax lebih dari dua kali harga BBM bersubsidi itu.

Untuk itu, pemerintah terus berkoordinasi dengan pihak terkait minimal dua minggu sekali. Karena belum ada kebijakan yang jelas mengenai pengaturan BBM bersubsidi, Kementerian ESDM hanya melaksanakan sosialisasi BBM bersubsidi untuk masyarakat tidak mampu.Sumber

No comments:

Post a Comment